Welcome FFP 2011
14 Mei Selamat Datang Festifal Film Purbalingga 2011 di Desa Kotayasa,kata itu yang selalu terucap di benak pemuda Kotayasa dan seluruh Warganya,setelah lama menungu berhari hari akhirnya tiba juga FFP yang dinanti nanti warga Kotayasa.
Sudah terlihat Mas Bowo Leksono sebagai Direktur Festifal Film Purbalingga bersama kawan-kawnnya lengkap dengan peralatan untuk memutar film layar tanjleb di Lapangan Desa Kotayasa,cuaca pada sore hari itu juga terlihat sangat bersahabat,walau cuaca pada siang harinya gerimis sedikit mengguyur Desa Kotayasa,kata Mas Bowo Leksono ini adalah Putaran film layar tanjleb yang ke sembilan FFP 2011 di Kabupaten Banyumas.
Layar Terbentang
Dalam persiapannya ada beberapa pemuda terlihat dengan semangat sedang mendirikan layar untuk acara pemutaran film,ini suatu bukti bahwa Pemuda Kotayasa peduli dan selalu mencintai film-film lokal karya anak-anak negeri,"Banyak harapan saya,yaitu perbanyak acara-acara yang seperti ini,memutar film hasil karya anak-anak negeri,saya suka sekali,mudah-mudahan Mas Bowo sebagai dedengkot perfilman lokal mau menuntun kami untuk lebih maju kedepannya dalam menjunjung dan memproduksi film-film lokal" kata Tofikin salah satu pemuda yang ikut dalam membentangkan layar sore itu.
![]() |
semangat membentangkan layar tanjleb |
Mirip Pasar Malam
Sejak pukul Tiga sore,para pedagang kaki lima beramai-ramai sibuk membuka lapak untuk dagangan mereka,ada yang di pinggir jalan dan bahkan ada yang mendirikan tendanya di dalam area lapangan sepak bola,Beberapa diantaranya bahkan ada yang menyalakan jenset untuk penerangan secara berkelompok. Menjelang waktu maghrib, lampu-lampu neon dinyalakan, menjadikan suasana persis pasar malam.
![]() |
terlihat suasana seperti pasar malam |
Taryono (35 tahun), salah satu pedagang yang menjajakan mainan anak-anak mengetahui ada tontonan layar tancap dari informasi teman-teman sesama pedagang sejak jauh-jauh hari. “Kami datang bersepuluh, menyewa truk untuk membawa lapak-lapak dan jenset,” tutur pedagang asal Sokaraja ini.
Menurut pengakuan Taryono, setiap kali berdagang di tempat-tempat hiburan, omsetnya antara Rp 500 hingga Rp 1 juta. “Paling jauh, kami biasa berdagang sampai ke daerah Cilacap,” ucapnya. Taryono berharap bisa mengikuti gelaran layar tanjleb berikutnya.
Penonton Layar Tanjleb Membludak
“Baru pernah kami menonton film gratisan beramai-ramai seperti ini. Dulu, zaman musim layar tancap, saya masih kecil,” ujar Surtini yang nonton bareng kedua anak, orang tua, dan tetangganya. Di deretan lain, orang-orang mulai menyemut dan tikar-tikar pun digelar.
Gelaran layar tanjleb dibuka dengan pemutaran film lokal berjudul “Jangan Sebut Aku Dukun” hasil produksi Carmen Relanty Film dan pemuda Desa Kotayasa yang juga menjadi partner lokal. Kemudian film-film lain termasuk profil desa yang sudah diprogramkan.
Door Price Unik
Tidak kalah menarik,dalam pemutaran film banyak di selingi pembagian doorprice yang di sedikan langsung oleh Festival Film Purbalingga dan sebagian oleh Pemuda Desa Kotayasa,doorprice tersebut ada yang berupa Kupon Makan Bakso gratis,Potong Rambut Gratis,dan Internetan Gratis,banyak sekali anak-anak sekolah dasar yang menanti saat doorprice di bagikan,pertanyaan yang di lontarkan ke penonton juga pertanyaan yang berhubungan dengan sekitar pemutaran film pada malam hari itu.
![]() | ||
Bagi-bagi doorprize, dari mulai potong rambut di salon, makan bakso, hingga internetan gratis. |
Sembari membereskan dagangan, tampak Taryono dan teman-temannya sumringah. Sementara Surtini sekeluarga hingga pemutaran film usai, baru beranjak dari tempat duduk, membereskan tikar untuk esok kembali menggelarnya di depan televisi menyaksikan tontonan sinetron kesayangan keluarga.
Warta Kotayasa, sebagian sumber : festivalfilmpurbalingga.blogspot.com
2 komentar:
suwe langka totntonan ya rame pisan......................
Iya Kang...Desa Kotayasa kue HAUS akan Hiburan..
itung2 go tamba stress...
hikhikhik...makasih Mas Aaen...wis mampir meng Blogku..
Posting Komentar